Friday, November 30, 2018

Memulai di bursa saham


Untung / profit yang besar itulah jawaban yang selalu saya dapatkan ketika berkecimplung dalam pasar modal. Begitu pula keadaan di luar yang terlihat di media sosial, media internet maupun media lainnya. Semua menampilkan dan memunculkan kisah-kisah sukses dari para pelaku di pasar modal.

Bahkan beberapa dari teman saya beberapa bulan yang lalu (mungkin sudah mau 2 tahun) keranjingan dengan cryptocurrency, dulu namanya belum itu, sebutannya masih koin-koin segala. Lagi hype soal koin, bayangkan saja beli bitcoin bisa sempat mencapai 200 juta keatas harga per 1 BTC (bayangkan tulisan ini dibuat sudah sekitar 90 jutaan, drop lebih dari 50% an).

Jarang sekali bahkan berita-berita yang memunculkan sisi kelam atau gelap dari pasar modal (yang mana selanjutnya akan saya sebut saham). Seperti halnya dalam berbisnis atau berdagang, kita selalu mengharapkan keuntungan dalam proses tindakan tersebut (bisnis atau dagang). Walaupun pada kenyataannya ketika kita berusaha pun kerugian pun bisa datang, misal barang dagangan tidak laku, pembayaran yang tidak jelas (invoice mundur) atau bahkan sampai ditipu oleh pelanggan.

Semua itu adalah sisi lain dari kehidupan perdagangan atau berbisnis / usaha. Lalu apa yang harus kita lakukan? Ya kita antisipasi tentunya, itu sudah pasti. Anda-anda semua yang dulu kerajinan membuka usaha baik baru maupun franchise, sudah kah anda menghitung atau memikirkan konsekuensi kerugian yang dapat ditanggung?

Riset dahulu.

Oke, jadi sebenarnya mau memulai dalam saham, atau apapun juga anda semua sekarang harus belajar dari sisi resiko terlebih dahulu. Mengapa? Karena dengan demikian anda bisa menjadi sedikit cerdas “smart people”. Selama perjalanan saya sebagai seorang trader saham, selalu saja yang sering terjadi adalah orang-orang yang investasi itu berawal dari kondisi nyangkut di saham tertentu.

Ada juga yang awalnya bukan trader, awalnya investasi tetapi melihat teman-temannya memamerkan portofolionya, jadi tergiur untuk trader. Parahnya lagi di tambah adanya survey-survey yang membandingkan antara trader atau investor, antara reksa dana maupun saham. Sangking banyaknya saya bisa memberikan salah dua dari contoh-contoh yang ada.

Kalau anda pernah di prospek oleh para marketing menjual apapun, tentunya anda pasti sudah mengetahui cara perbandingan. Maksudnya membandingkan sesuatu dengan yang buruk atau yang lebih rendah, orang yang tahu ilmu marketing pasti tahu. Membandingkan produk atau merek atau sesuatu hal lain yang lebih rendah dibandingkan miliknya.
Contoh produk finansial, bunga tabungan dengan deposito, deposito dengan SUN (Surat Utang Negara), SUN dengan reksa dana, nanti dari sini naik lagi menjadi ReksaDana dengan saham, saham dengan forex. Ini baru level amatir, karena cara mereka menjual adalah dengan membandingkan return yang lain yang lebih rendah. Padahal tentunya lebih rendah return-nya bisa jadi resiko nya juga sangat minim (bukannya tidak ada).

Level berikutnya adalah yang membandingkan hampir mirip-mirip sejenis tetapi tidak sama. Contoh deposito dengan sesame deposito dengan return berbeda, tetapi setelah disimak lebih dekat ternyata ada minimum penempatan dana. Reksa dana dibandingkan dengan reksa dana tetapi jika ditelaah lebih lanjut maka ada berbagai jenis reksa dana, mulai dari pasar uang hingga reksa dana saham. Jenis yang berbeda tentunya akan memberikan return yang berbeda, jangan lupa resiko juga berbeda.

Hal berikutnya adalah adalah mengenai saham, kalau ceritanya mau membandingkan kerugian maka yang dipilih adalah saham-saham yang berada di segmen 50 rupiah (batas bawah dari sebuah saham) untuk dipilih dan dibandingkan dengan produk-produk yang ingin ditawarkan. Kalau anda sedang jualan saham (bisa jadi remainser atau broker atau yang lainnya) maka anda akan memilih saham yang untungnya ratusan atau ribuan persen.
Saya tidak ada masalah dengan mereka ya, maksudnya itu memang cara mereka menjual. Disini anda melihat lah dari sudut sebagai orang yang sedang mencari apa yang ingin anda cari. Masalahnya adalah bagaimana cara mencarinya kalau anda sendiri masih belum tahu? Itulah kenapa bab selanjutnya anda perhatikan baik-baik…

Testimoni

Mengapa testimony adalah hal yang terakhir yang harus anda cari. Karena itulah yang memang digunakan rata-rata yang mencoba menjual produk mereka, itu adalah senjata dimana anda mencari pengakuan dari orang-orang yang sudah mencobanya. Dan kita belum bisa pastikan bahwa testimony tersebut benar adanya.

Sedangkan testimony di pasar modal sangat sulit untuk dapat dijadikan acuan / pegangan, mengapa? Contoh bisa saja orang yang di jadikan testimony,kebetulan saja berada di waktu dan kondisi yang tepat. Pasar lagi bagus dan kebetulan saja saham tersebut berada pada kondisi yang sesuai untuk naik.

Makanya banyak yang percaya kalau dengan ikut ini maka anda dapat mampu mendapatkan hasil sesuai dengan bapak A atau ibu B. padahal ya kalau kondisinya tidak sesuai hasil nya juga belum tentu dapat seperti itu. Cara sederhananya adalah coba perhatikan berapa peserta yang ikut dan bandingkan dengan jumlah testimony yang ada. Kadang kalau diperhatikan dengan benar-benar maka tidak banyak sebenarnya yang memberikan testimony dengan jumlah pesertanya.

Bandingkan saja jumlah testimony Cuma 10-20 tetapi ribuan peserta, it does not make sense right? Lalu yang sudah ikut ribuan itu bagaimana? Oleh karena itu saya kurang menyukai testimony karena sifatnya hanya perspektif individu saja. Sulit untuk menilai karena kondisi, situasi dari internal si individu maupun external dari pasar.

Hampir semua penjualan juga seperti itu, oleh karena itu kadang jika kita melihat produk bayi, kadang kita bisa melihat bahwa ada tipe tertentu produk tertentu tidak cocok untuk bayi dengan alergi tertentu. Jadi ada semacam peringatan, sedangkan coba anda perhatikan di semua seminar atau workshop pasar modal, tidak ada yang menjelaskan peringatan. Yang ada hanyalah focus pada peluang profitnya, memberikan iming-iming kebebasan finansial, terbebas dari kekangan waktu dan seterusnya.

Lalu apakah benar bisa demikian? Saya jawab bisa. Tapi tidak dalam waktu dekat, tidak mungkin hanya ikut 1-2 workshop anda langsung bisa mendapatkan profit secara “KONSISTEN”, profit 1-2 kali itu biasa, kalau anda bisa berkali-kali itu namanya butuh “JAM TERBANG” yang tinggi.

Mulai dari mana?

Jadi dimulai dari mengisi informasi terlebih dahulu yang ada di otak anda. Walaupun saya tahu tujuan akhir dari semua pembahasan ini adalah profit, tetapi tetap perjalanannya dan prosesnya sangat cukup kompleks, saya tidak bilang sulit atau susah karena saya pun mengalami dan menjalani hal ini seperti anda semua.

Saya awalnya juga mengalami yang namanya tergiur dengan penawaran dari seminar ataupun workshop. Lalu juga tergiur dengan yang namanya cara instan, sinyal beli dan sinyal jual. Tergiur juga dengan para penjual ludah, dimana katanya sistemnya dia powerful dan sebagainya tetapi ternyata dia sendiri tidak trading bahkan trading pun dengan dana kecil.

Saya mengikuti semua, mulai beli ebook lalu ikut webinar, seminar, workshop, bahkan juga full mentorship selama 1 tahun yang katanya hidup dari trading dan baru saya ketahui ternyata mengelola akun orang lain.

Jaman-jaman dulu belasan tahun yang lalu saya begitu mudah dan penasaran untuk mau mengikuti bagaimana caranya mendapatkan cara untuk meraup untung di pasar modal, kalau saat sekarang seperti caranya orang jualan binary options atau forex.
Seminar dari puluhan ribu sampai belasan juta sudah diikuti, hasilnya? Ada sih tentu saja, harus diakui, tetapi tetap tidak bisa menggantikan pengalaman yang saya jalani hingga saat ini.
Ketika murid siap, guru datang.

Bagi teman-teman sekalian yang baru memulai, sangat disarankan mencari yang gratis terlebih dahulu. Banyak sumber daya online sekarang jadi anda diharapkan sudah tidak terlalu repot mencari-cari lagi. Berbeda ketika jaman dulu memang harus cukup repot mencari literature tetapi sekarang sudah mudah sekali.

Bahkan buku-buku tentang trading pun bermunculan cukup banyak, bahkan ada yang perkumpulan yang mau menerjemahkan untuk kalangan sendiri karena kebutuhan untuk mendapatkan informasi.

Jadi ketika anda sudah siap maka guru pun akan datang, siap dalam arti anda berkomitmen untuk belajar. Masalahnya adalah seberapa komit anda ketika anda ingin belajar. Saya punya pengalaman teman waktu memberikan secara gratis pun tidak banyak yang datang, bahkan banyak yang konfirmasi datang tetapi banyak yang ketika hari H terlalu banyak alasan mulai dari mendadak ada acara lah, mendadak ada urusan keluarga, mendadak lain-lainnya.

Dulu saya pernah membuat hanya bayar makan dan sewa tempat pun tetap saja ada yang tidak menghargai, saya yang pesan hotel, saya yang book tempat, saya yang urus semuanya, sudah gitu ilmu saya kasih gratis, saya ikut bayar makan dan sewa tempat biar 
ringan. Tetap aja ada yang tidak datang walaupun katanya mau ikut.

Pernah juga buat gratis tidak bayar, fasilitas di rumah yang penting komitmen tiap minggu datang, awal datang ramai sampai beberapa minggu kemudian menjadi sepi. Jadi setelah saya pikir-pikir ternyata itu semua butuh komitmen kita tidak bisa memaksakan kepada orang lain. Dan saya juga tidak bisa menyediakan waktu secara gratis secara terus menerus bukan? Oleh karena itu alangkah baiknya, penuhi dulu informasi secara umum cara-cara atau kisi-kisi mengenai trading di bursa saham.

ketika anda siap, maka anda juga sudah pasti menyiapkan sejumlah dana untuk mencobanya, pastikan dana anda jangan terlalu berlebihan atau menggunakan dana panas, dana yang dingin atau yang tidak digunakan sama sekali. Karena apa? Karena anda akan membutuhkan proses untuk memahaminya.

Semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment